Jumat, 15 Januari 2016

LUAR BIASA, SIAPA LAGI KALAU BUKAN TUHAN YANG BISA BEGINI

LUAR BIASA, SIAPA LAGI KALAU BUKAN TUHAN YANG BISA BEGINI


Saya bukan termasuk orang yang taat ibadah, tapi Alloh telah menyelamatkanku dua kali. Pertama melalui hijan. Saya sedang dalam perjalanan pulang kampung dihati itu. Pagi, dini hari, ketika orang-orang belum membuka jendela kamarnya. bahkan lampu lampu ruang tenagn mereka masih padam. perjalanan saat itu saya ditemani gerimis. Keadaan hati saya memang sedang gundah. Itu juga yang menjadi salah satu alasan saya pulang ke rumah. hari itu.   Gerimis ini menjadi kambing hitam kekesalan saya. Udara pagi saja sudah cukup membuat tubuh saya gemetar, di tambah dengan gerimis. Lengkap sudah deritaku saat itu. 

Gerimis yang membantu tubuh saya kedinginan tiba-tiba menjadi hujan deras. Tak sempat saya berhenti dan menggunakan jas hujan, Langit seolah sangat membenci saya. Begitu deras hujan yang dia berikan. Akhirnya terpaksa saya berteduh di gubuk seadanya di pinggir jalan. Saya duduk dan mulai merasakan sesuatu. apalagi kalau bukan marah. Saya begitu marah saat itu. kalian tahu kepada siapa saya marah? kalian pasti tahu. Ya, saya marah kepada tuhan. Siapa lagi kalau bukan tuhan yang melakukan ini. Rasa sakit hati karena pekerjaan, udara dingin di pagi hari, hujan lebat secara tiba-tiba. Hanya Tuhan yang bisa membuat saya mengalami ini.

Hujan lebat yang menghambat perjalanan saya berhenti setelah beberapa menit. Mungkin sekitar sepuluh menit. Saya semakin kesal dengan Tuhan. Saya merasa dipermainkan. Hujan itu kembali menjadi gerimis seperti saya mengawali perjalanan. Gerimis itu amat kecil, jaket dan sepatu saya cukup untuk melindungi saya. Kemudian saya putuskan melanjutkan perjalanan. Saya mulai menambah tarikan gas disepeda motor saya. Saya tidak begitu kawatir dengan kecepatan saya karena jalanan lurus, agak menurun dan masih sepi. Saya merasa sangat tenang karena menjadi satu-satunya pengguna jalan itu.

Rasa tenang berubah dalam sekejap. Saya kesulitan mengendalikan kecepatan sepeda motor saya. Rem yang saya injak justru membuat ban belakan saya selip. Stang sepeda motor saya adalah satu-satunya harapan saya untuk menyeimbangkan sepeda motor saya. Sepeda motor saya belum bisa dikendalikan, saya sudah disongsong oleh tikungan dan disusul penyebrangan rel kereta. Ban depan saya mengingjak rel pertama dan "sttt...broook" saya tergelincir dan jatuh tepat ditengah-tengah rel. Mesin sepeda motor saya langsung mati. tidak ada warga yang memnghampiri saya karena mungkin karna masih sangat pagi. Saya segera bangun dan mencoba menyalakan mesin namun tidak berhasil. Tombol Stater saya pencet-pencet namun hanya menimbulkan bunyi awal mesin saja, tetapi mesin tidak hidup. Saya gunakan Kik Starter berkali-kali juga tidak hidup. Saya mulai panik karena saya berada di tengah-tengah rel. Saya putuskan untuk mendorong sepeda motor saya ke luar rel.  Begitu mesin motor saya hidup, saya langsung lanjutkan perjalanan. Saya tidak terluka tapi saya masih syok. bagai manatidak saya jatuh tepat ditengah-tengah rel dan tidak ada warga satupun yang menolong.

Kali ini saya menjalankan sepeda motor saya lebih hati-hati. Kemudian saya teringat sesuatu. Saya baru ingat kalau ketika saya berteduh tadi saya mendengar suara kereta lewat dibelakang gubuk tempat saya berteduh. Saya tidak tahu jadinya keadaan saya jika saya jatuh di rel beberapa menit lebih cepat. Mungkin jika saya terjatuh beberapa menit lebih cepat, saya sudah terlindas kereta itu. Namun hijan telah menahan saya hingga kereta melewati perlintasan. Saya malu terhadap tuhan. sebelumnya saya marah-marah karena Dia turunkan begitu banyak cobaa. Namun kali ini saya menyadari bahwa ada maksud dibalik cobaan tuhan. Malalui hujan Dia melindungi saya. 


Load disqus comments

0 komentar